Jakarta - Asosiasi Besi dan Baja Nasional atau biasa disebut The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) menyatakan Indonesia masih harus mengimpor baja sebanyak kurang lebih 3 juta tahun ini. Impor dilakukan untuk memenuhi tingginya kebutuhan baja dalam negeri.
"Demand nasional 8-9 juta ton/tahun, produksi nasional hanya 4-5 juta ton/tahun. Produksi KS (PT Krakatau Steel Tbk) 2,75 juta ton, jadi total konsumsi 7,425 juta ton. Dengan demikian, ada impor kurang lebih 3 juta ton," kata Co Chairman Falt Product IISIA sekaligus Direktur Pemasaran KS, Irvan Hakim di kantornya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (17/1/2011).
Ia mengatakan, sektor pendorong konsumsi baja, yaitu sektor manufaktur dan konstruksi diperkirakan akan naik tajam tahun ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diramal bisa tembus 6,4%. Untuk manufaktur diprediksikan tumbuh menjadi 4,4% (2011) dari 4,0% (2010). Untuk konstruksi tumbuh menjadi 7,3% (2011) dari 6,8% (2008).
"Konsumsi baja nasional diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan sektor industri terkait," ujarnya.
Selain dari pertumbuhan ekonomi, konsumsi baja juga didorong oleh peningkatan produksi otomotif. Berdasarkan data Gaikindo, ada peningkatan produksi mobil sebesar 15% pada tahun 2010, menjadi 560.000 unit dari sebelumnya 483.000 (2009). Untuk motor ada peningkatan sebesar 11%, yaitu dari 5,9 juta unit (2009) menjadi 6,5 juta unit (2010).
"Untuk 2011 diproyeksikan ada peningkatan produksi mobil dan motor, mobil menjadi 620.000 unit dan motor 7,2 juta unit," imbuhnya.
Menurutnya, secara otomatis permintaan baja nasional terhadap sektor otomotif juga mengalami kenaikan. Untuk produksi HR (baja hitam) naik dari 236.000 ton (2009) menjadi 275 (2010) atau naik 20%. Untuk produk CR (baja putih) naik dari 239.000 (2009) menjadi 267.000 (2010) atau naik 10%.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment