Sebuah majalah mingguan Jepang SPA edisi 18 Maret 2014
membuat survei kepada dunia pelacuran di beberapa kota besar Jepang
seperti Osaka, Tokyo dan Nagoya. Hasilnya antara lain menyebutkan masih
sulitnya dunia pelacuran sejalan dengan perekonomian Jepang yang belum
segar hingga saat ini.
Dunia pelacuran di Jepang masih banyak didominasi oleh dunia pijat memijat atau este atau spa plus plus plus.
Begitu kesulitan ekonomi masih membayangi Jepang saat ini sehingga
harga sekali "main" sudah bisa dengan biaya 10.000 yen. Biaya ini tidak
pernah terjadi 15 tahun yang lalu.
Khususnya Nagoya, majalah tersebut menemukan sedikitnya 300 toko kenyamanan seperti itu bahkan dengan kamar khusus (private room).
Dengan harga yang murah tersebut pun, ada pantangan bagi tamu yang datang. Meskipun dilayani dengan baik, baik blow job,
ML atau lainnya, tidak hubungan seks, dilarang melakukan ciuman. Ini
membuat lelaki tambah penasaran dan biasanya akan menambah uang
dompetnya lebih besar lagi supaya bisa mencium sang gadis.
Begitu ketatnya persaingan dunia pelacuran di Jepang sehingga untuk
membuat tamu semakin penasaran biasanya diiklankan, Wanita Baru dan
Cantik Baru Tiba. Dengan demikian diharapkan tamu semakin banyak datang
ke toko yang bersangkutan.
Di daerah lampu merah Nishi Kawaguchi di perfektur Saitama juga
banyak toko yang menawarkan permainan penuh untuk seks. Tentu dengan
harga yang lebih mahal. Namun toko-toko demikian juga menarik dengan
nama misalnya Campus Pub, Pink Salon, dan sebagainya.
Di masa lalu toko-toko demikian sebenarnya pernah banyak digerebek
oleh kalangan kepolisian tahun 2005 saat penyelenggaraan Expo 2005.
Namun kini menjamur kembali.
Hal serupa akan terjadi di Tokyo mendekati tahun 2020 karena akan ada
Olimpiade Tokyo dan berharap dengan semakin sedikit toko seks, citra
Jepang akan tetap baik di mata kalangan orang asing yang datang ke
Jepang dalam upaya melihat Olimpiade 2020 nanti.
Komplain juga muncul dari perusahaan besar yang berada biasanya dekat
stasiun kereta api. Toko seks yang berani membuat papan reklame besar
bahkan dengan lampu neon warna warni sehingga menarik dilihat banyak
orang bahkan bisa dilihat mudah dari platform tempat tunggu kereta api
di sebuah stasiun kereta di Jepang.
Akibat menterengnya toko seks tersebut, beberapa pimpinan perusahaan
besar melakukan protes ke toko seks tersebut karena tidak baik bagi
citra Jepang secara keseluruhan. Akibatnya kini banyak yang merubah
papan reklamenya agar tidak terlalu menonjol tetapi tetap bisa dilihat
oleh para tamunya.
Dunia prostitusi di Jepang ternyata masih melihat segi etika juga,
mempertimbangkan dampaknya bagi lingkungan dan bagi masyarakat
sekitarnya. Sehingga apabila muncul komplain demikian pun mereka ikut
kerja sama untuk me "low profile" kan dirinya.
Tak heran di sana pulalah muncul keterlibatan anggota Yakuza untuk
meningkatkan jumlah "penjualan" mereka dan memberikan uang proteksi (mikajimeryo) kepada para anggota Yakuza tersebut.
No comments:
Post a Comment