Wanita bertelanjang dada menjadi hal biasa di Bali. Tapi itu terjadi pada keseharian masyarakat zaman dulu.
Ini terlihat pada pemutaran film 'Bali Zaman Dulu' di Studio
Kearsipan, Kantor Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota
Denpasar.
Kegiatan nonton bersama ini diikuti sekitar 20 calon wartawan Tribun Bali (Tribunnews.com Network), Selasa (11/3/2014) pukul 13.00 Wita.
Sebelum film diputarkan, Kepala Badan Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Kota Denpasar, I Gusti Agung Rai Anom Suradi mewanti-wanti,
agar para penonton tidak salah persepsi tentang penampilan film
dokumenter Bali Zaman Dulu. Sebab, pada video tersebut banyak
ditampilkan wanita bertelanjang dada.
"Jangan berpikiran pornografi, memang seperti itu Bali zaman dulu
tidak ada yang dibuat-buat. Memang tidak tertutup dadanya tidak seperti
saat ini," ungkap Anom Suradi.
Benar saja, penampilan wanita zaman dulu di film hitam putih itu bertelanjang dada. Tapi wajah para wanita tidak terlihat risih.
Di pasar-pasar, pura dan tempat ramai, para wanita ini terlihat biasa
memamerkan dadanya. Tentu pemandangan tersebut tidak bisa ditemui pada
saat ini.
Setelah film dokumenter ditampilkan, pada acara nonton bersama ini
juga diputarkan film 'Sejarah Kota Denpasar' dan 'Tragedi Bom Bali I dan
II'.
"Kami sangat berterima kasih sekali sudah diberikan waktu untuk menonton film di sini," ungkap Pimpinan Redaksi (Pimred) Tribun Bali, Sunarko.
Sunarko menambahkan, sebagai wartawan yang akan bekerja di Bali, pengetahuan sejarah Bali sangat penting.
"Di sini ada anak asli daerah juga dan ada dari luar. Nanti akan
bertugas untuk meliput berita di Bali, paling tidak mengetahui sejarah
Bali," ucapnya.
No comments:
Post a Comment