TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Polrestabes Surabaya, Suparti, mengatakan polisi wanita (polwan) di Polrestabes Surabaya
sudah mulai mengenakan jilbab. Namun, kata Suparti, dana yang digunakan
untuk kebutuhan berjilbab merupakan dana pribadi polwan. "Ini kan
keinginan masing-masing orang, tidak memaksa, jadi ya pakai duit
pribadi," katanya kepada Tempo di ruang kerjanya, Jumat, 22 November
2013.
Kata Suparti, warna jilbab tersebut disesuaikan
dengan seragam dinas. Warna putih untuk polwan satuan lalu lintas
(satlantas) dan warna krem atau cokelat muda untuk polwan dengan seragam
dinas cokelat. Sedangkan untuk polwan intel dan reserse kriminal
(reskrim) lebih fleksibel sesuai dengan pakaiannya saat itu. "Kalau
intel dan reskrim kan berpakaian bebas, jadi disesuaikan saja warnanya,"
ujar Suparti.
Bagi polwan yang berjilbab, kata Suparti,
seragam yang dikenakannya bukan lagi Pakaian Dinas Harian (PDH) yang
berwarna cokelat dengan lengan pendek. Mereka akan menggunakan Pakaian
Dinas Lapangan (PDL) dengan lengan panjang. "Sehingga PDH tidak akan
terpakai lagi," katanya.
Terkait dengan model yang lebih
detail, Suparti menduga, dalam waktu dekat ini, aturan tersebut akan
sampai di lingkungan kepolisian. "Kita tunggu sajalah, ya," ujar
Suparti.
Anggota Satuan Lalu Lintas Polrestabes Surabaya,
Bripda Wahyu Septi, mengaku sangat bersyukur atas diperbolehkannya para
polwan berjilbab. Polwan yang berjilbab sejak duduk di bangku SMP ini
tak keberatan mengeluarkan dana pribadi untuk kebutuhan jilbab dinasnya.
"Semoga ini barokah. Saya harap, semakin hari semakin banyak yang
berjilbab," kata Septi.
No comments:
Post a Comment